Gaya Bahasa

Dale mengemukakan bahwa majas, kiasan, atau ’figure of speech’ adalah bahasa kias, bahasa indah yang dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata, penggunaan majas tertentu dapat merubah serta menimbulkan nilai rasa atau konotasi tertentu.

Selanjutnya menurut Keraf bahwa gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah. Maka style lalu berubah pada kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah.

Karena perkembangan itu, gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata. Sebab itu persoalan gaya bahasa meliputi soal hiraarki kebebasan; pilihan secara individual, frase, kalusa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana keseluruhan.
Akhirnya style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara pengungkapan pikiran melalui bahasa khas yang memperlihatkan jiwa kepribadian menulis (pemakai bahasa).

Ragam Gaya Bahasa
Gaya bahasa sungguh beraneka ragam dalam kehidupan kita. Gaya bahasa yang beraneka ragam itu dapat dikelompok-kelompokkan dengan berbagai cara bergantung dari cara memandangnya. Salah satu cara mengelompokkan gaya bahasa adalah sebagai berikut.
Gaya Bahasa dalam Bahasa dan Sastra Indonesia
Gaya Bahasa dalam Bahasa dan Sastra Indonesia
1) Gaya Bahasa Perbandingan
a. Perumpamaan
Yang dimaksud perumpamaan di sini adalah padan kata simile dalam bahasa Inggris. Perumpamaaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakekatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan oleh pemakaian kata seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana, dan sejenisnya. Contoh : Seperti air di daun keladi.

b. Metafora
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara tidak langsung. Metafora sebagai perbandingan langsung tidak mempergunakan kata: seperti, bak, bagai, bagaikan, dan sejenisnya. Sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua.
Contoh : Nani jinak-jinak merpati.

c. Personifikasi atau Prosopspsoeia
Adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat kemanusiaan. Personifikasi merupakan suatu corak khusus dari metafora yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia.
Contoh : Ranting dan daun-daun menari-nari.

d. Alegori
Suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya yang selalu tersurat.

e. Parabel
Suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh biasanya manusia, yang selalu mengandung tema moral. Istilah parable digunakan untuk menyebut cerita-cerita fiktif di dalam Kitab Suci atau yang bersifat alegoris untuk menyampaikan suatu kebenaran moral atau kebenaran spiritual.

f. Fabel
Suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang. Dimana binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang tak bernyawa bertindak seolah-olah sebagai manusia.

g. Antitesis
Adalah sejenis gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim (yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan).
Contoh : Dia bergembira ria atas kagagalan dalam ujian itu.

2) Gaya Bahasa Pertentangan
a. Hiperbola
Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan – jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya – dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Dengan kata lain, hiperbola ialah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu yang berlebihan dengan membesar-besarkan suatu hal.
Contoh : Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir-hampir meledak aku.

b. Litotes
Semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan yang sebenarnya. Atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan.
Contoh : Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali.

c. Ironi
Suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.
Contoh : O, kamu baru bangun, baru pukul sepuluh pagi sekarang ini.

d. Oksimoron
Oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama, dan sebab itu sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks.
Contoh : Keramahtamahan yang bengis.

e. Paronomasia
Kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi.
Contoh : Tanggal dua gigi saya tanggal dua.

f. Paralipsis
Paralipsis adalah gaya bahasa yang merupakan suatu formula yang dipergunakan sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri.
Contoh : Semoga nenek mendengarkan permintaan maaf kalian (maaf) bukan maksud saya menolaknya.

g. Zeugma
Suatu gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama. Contoh : Ia telah kehilangan topi dan semangatnya.

3) Gaya Bahasa Pertautan
a. Metonimia
Suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.
Contoh : Ia membeli sebuah Honda.

b. Sinekdoke
Adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian.
Contoh : Setiap kepala dikenakan sumbangan Rp 1.000,00.

c. Alusi
Semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Biasanya alusi ini adalah suatu referensi yang eksflisit atau implisit kepada peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, atau tempat dalam kehidupan yang nyata, mitologi atau dalam karya-karya sastra yang terkenal.
Contoh : Bandung adalah Paris Van Java.

d. Eufeumisme
Semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Contoh : Ayahnya sudah tidak ada di tengah-tengah mereka. (=mati)

e. Elipsis
Adalah gaya bahasa yang di dalamnya dilaksanakan pembuangan atau penghilangan kata atau kata-kata yang memnuhi bentuk kalimat berdasarkan tata bahasa.
Contoh : Dia bersama istrinya ke Jakarta minggu yang lalu. (penghilangan predikat: pergi, berangkat).

f. Inversi
Adalah gaya bahasa yang merupakan permutasi atau perubahan urutan unsur-unsur konstruksi sintaksis.
Contoh : Saya Lapar Lapar saya

g. Gradasi
Adalah gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian dan urutan (paling sedikit tiga) atau istilah yang secara sintaksis bersamaan yang mempunyai satu atau beberapa ciri semantik secara umum dan yang diantaranya paling sedikit satu ciri diulang-ulang dengan perubahan-perubahan yang bersifat kuantitaitif.
Contoh : Kita berjuang dengan satu tekad; tekad harus maju; maju dalam kehidupan; kehidupan yang layak dan baik; baik secara jasmani dan rohani; jasmani dan rohani yang diridhoi Tuhan; Tuhan Yang Maha Pengasih.

4) Gaya Bahasa Perulangan
a. Aliterasi
Adalah sejenis gaya bahasa yang memanfaatkan purwakanti atau kata-kata yang permulaannya sama bunyinya.
Contoh : Dara damba daku
Datang dari danau

b. Antanaklasis
Adalah gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda. Dengan kata lain, antanaklasis adalah gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang berhomonim.
Contoh : Buah bajunya terlepas membuat buah dadanya hampir kelihatan.

c. Kiasmus
Adalah gaya bahasa yang berisikan perulangan atau repetisi dan sekaligus pula merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat.
Contoh : Aduh, orang desa belagak orang kota, dan orang kota belagak orang desa.

d. Repetisi
Adalah gaya bahasa yang mengandung pengulangan berkali-kali kata atau kelompok kata yang sama.
Contoh : Selamat datang, pahlawanku, selamat datang kekasihku! Selamat datang pujaan hatiku.

Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.