Prosa Fiksi Baru

Cerita rekaan baru (lihat Prosa Fiksi Lama) terbagai pada beberapa jenis sebagai berikut.

Pada awalnya pengertian roman dan novel selalau dibedakan. Banyak pendapat mengenai hal ini dilontarkan, sehingga terjadi pemilihan-pemilihan pengertian sebagai berikut:

Roman sering dikatakan sebagai karangan mengenai kehidupan manusia dengan pengalaman, sifat, adat istiadat, pengaruh ekonomi, politik, kehancuran dan keberhasilan serta pandangan hidup suatu masyarakat seluas-luasnya. Tokoh utamanya disimpulkan sebagai tokoh yang dimunculkan sejak kecil sampai dewasa bahkan sampai meninggal. Tokoh bawahannya banyak, sehingga memungkinkan plot ganda. Kesemua itu diceritakan secara mendalam dan terperinci serta penuh dengan nasihat-nasihat yang langsung dilontarkan oleh para tokoh positifnya.

Novel sering dikatakan sebagai karangan yang menceritakan suatu peristiwa yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Dikatakan peristiwa luar biasa sebab hanya memuat cerita berdasarkan konflik hidup yang sangat menonjol, sehingga menceritakan tokoh sejak kecil sampai dewasa dianggap tidak perlu. Konflik batin yang mendalam dari para tokoh menjadi sasaran utama cerita, hal itu menyebabkan plot menjadi erat, tunggal, dan menarik.

Novel berasal dari bahasa Latin ‘novellus’ yang diturunkan dari kata ‘novies’ yang berarti ‘baru’. Dikatakan baru sebab novel muncul belakangan dibanding dengan bentuk puisi dan drama. Yus Rusyana memunculkan pengertian novel sebagai cerita rekaan yang panjang dan mengisahkan cerita rekaan yang panjang dan mengisahkan peristiwa rasional. Unsur-unsur cerita seperti tokoh, alur, dan latar dipaparkan seolah-olah sesungguhnya terjadi dalam kehidupan nyata. Dalam novel tidak digunakan unsur keajaiban seperti layaknya dongeng atau hikayat. Masih ada yang perlu dipertimbangkan dari pengertian tersebut yang mengatakan ‘peristiwa yang rasional’ sebab dewasa ini, meski tidak banyak, ada novel yang mengisahkan peristiwa-peristiwa yang justru tidak rasional. Hal ini karena bentuk-bentuk simbolik yang mendominasi proses penciptaannya, sehingga cerita secara total merupakan cerita simbol dari kehidupan nyata. Mengenai hal ini barangkali cocok dibicarakan dalam faham atau gaya pencuatan ide pengarang yang disebut aliran sastra. Pengertian novel tersebut akhirnya secara singkat dapat dikatakan sebagai prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. 

Prosa Fiksi Baru
Prosa Fiksi Baru
2)   Novelet

Kata novelet diturunkan dari kata novel ditambah dengan suffiks –ette yang berarti kecil. Artinya novelet adalah novel yang kecil. Secara keseluruhan antara novelet dan novel tidak banyak perbedaan mencolok. Perbedaan keduanya hanya nampak dari panjang dan pendeknya cerita yang disuguhkan. Novelet lebih pendek dibandingkan novel dan lebih panjang dibanding cerpen. Dilihat dari ukuran tebal diperkirakan novelet  60 sampai 100 halaman, novel 200 lebih halaman dan cerpen 5 sampai 15 halaman.

Novelet memang belum banyak dibicarakan oleh para kritikus, karena kemunculannya di kancah kesusastraan Indonesia terhitung belum lama dibanding novel. Seiring dengan maraknya majalah wanita sejak tahun delapan puluhan sampai sekarang, jenis novelet ini mulai banyak muncul sebagai tambahan cerita di samping cerpen dan cerita bersambung. Novelet juga masih jarang dicetak dalam bentuk antologi novelet.

3)   Cerpen

Panuti Sujiman mengatakan bahwa cerita pendek merupakan jenis prosa fiksi yang memaparkan cerita secara singkat dan padat. Dikatakan pendek karena baik dari runtutan peritiwa, jumlah tokoh, seting, dan  unsur lainya terkesan sangat singkat. Akan tetapi meskipun demikian cerita yang ada di dalamnya akan selalu  memberikan kesan mendalam yang tunggal pada para pembacanya. Seperti juga pada novel, jenis cerpen ini ada yang mengisahkan peristiwa yang rasional dan tidak rasional. Kehadiran cerpen yang tidak rasional , meski tidak terlalu banyak, agaknya sudah perlu diperhitungkan. Hal ini pun terjadi karena didominasi simbolik sangat kuat muncul dalam proses penciptaannya, sehingga para pembaca harus menyadari secara total bahwa aliran seperti ini telah terhidang.

Cerita pendek selalu menyajikan kisah begitu pendek, dari jumlah kata ada yang mengatakan kurang dari 10.000 kata, yang dimaksudkan memberi kesan tunggal yang dominan. Terpusat pada satu tokoh dalam situasi tertentu yang menarik, yang berputar pada setting waktu yang tidak panjang lebar. Peristiwa yang dimunculkan sangat padu. Oleh arena itu cerpen terkesan sangat efektif dalam menyodorkan tokoh-tokoh yang ditampilan pada seting atau latar tertentu dengan konflik lahir atau batin yang unik. Benturan antara kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan merupakan ciri spesifik cerpen.

Cerpen banyak beredar  mewarnai media cetak seperti majalah-majalah atau surat kabar. Cerpen juga telah banyak dicetak dalam bentuk antologi cerpen.

4)   Riwayat Hidup

Riwayat hidup merupakan cerita tentang seseorang baik diceritakan oleh dirinya sendiri yang lantas disebut autobigrafi, maupun yang dituluis oleh orang lain yang sering disebut biografi. Riwayat hidup ini dapat digolongkan pada karya sastra apabila pengarangnya tidak sekedar mencatat peristiwa pengalaman hidupnya atau pengalaman orang lain, tetapi telah menyusunnya dengan tambahan faktor imajinasi yang kuat, sehingga peristiwa yang barangkali faktual tersebut menjadi cerita yang menarik dan lazim menurut komposisi sastra. Dalam hal ini dapat dicatat bahwa Nur Sutan Iskandar pernah menulis autobiografinya yang berjudul ‘Aku dan Toba’, serta ‘Perjalanan Masa Kecil’. Sedangkan HAMKA pernah menulis autobiografi berjudul ‘Kenangan Hidup’ dan biografi ‘Ayahku’. Pengarang lain seperti Abdul Muis menulis biografi ‘Diponegoro’, dan Parakitri menulus biografi ‘Kusni Kasdut’.  

5)   Kisah

Kisah dapat pula dikatakan sebagai karya sastra apabila disusun menurut komposisi cerita sastra serta banyak faktor imajinasi dalam mendukung ceritanya. Kisah merupakan lukisan pada saat-saat perjalanan dari satu tempat ketempat lain. Bila dibandingkan dengan jenis cerkan yang lain, kisah tidak mempunyai alur yang baik dan cenderung monoton. Kisah hanya merupakan runtut kronologi pristiwa ke peristiwa yang lain yang tidak bersifat sebab akibat. Beberapa karangan yang termasuk ke dalam kisah ini antara lain: ‘Melawat ke Barat’ karya Adi Negoro, dan ‘Tamasya dengan Perahu Bugis’ karya Zuber Usman.