Bentuk-bentuk Feminisme


Menurut Fransisca, feminisme sebagai gerakan muncul dalam karakteristik yang berbeda-beda yang disebabkan perbedaan asumsi dasar yang memandang persoalan-persoalan yang menyebabkan ketimpangan gender. Beberapa aliran yang dikenal dalam gerakan ini antara lain adalah feminisme liberal, feminisme radikal, dan feminisme sosial.

Feminisme Liberal
Kaum feminis liberal bertolak dari opini dasar bahwa setiap laki-laki atau perempuan mempunyai hak dalam mengembangkan kemampuan dan rasionalitasnya secara optimal. Tidak ada lembaga atau individu yang boleh merenggut hak itu dan intervensi negara hanya untuk menjamin agar hak tersebut terlaksana. Diskriminasi seksual itu merupakan pelanggaran hak asasi. Inti diskriminasi itu terletak pada prejudice yang terdapat di kalangan laki-laki. Prejudice itu muncul dari sistem nilai yang ditanamkan, baik pada laki-laki maupun perempuan, pada saat sosialisasi mereka waktu masih kecil, seperti maskulinitas (ciri yang harus dimiliki laki-laki yang agresivitas, keberanian, kepemimpinan, dan kekuatan fisik) dan feminitas (ciri yang harus dimiliki perempuan, seperti kelemahlembutan, kehalusan, dan keengganan untuk menampilkan diri).

Dengan demikian, kaum feminis liberal menentang pandangan biologis, yakni pandangan yang memposisikan perbedaan lak-laki dan perempuan dianggap berpangkal dari perbedaan biologis. Kunci penghapusan dan diskriminasi dan ketimpangan sosial atas dasar gender terutama terletak pada pendidikan (formal dan nonformal) dan pembukaan kesempatan kerja. Kedua hal itu harus diiringi dengan usaha menyingkirkan prejudice kaum laki-laki dengan cara mensosialisasikan mereka kembali. Menurut Humm,   feminisme liberal berusaha memperjuangkan agar perempuan mencapai persamaan hak-hak yang legal secara sosial dan politik. Artinya, aliran ini menolak segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Hal ini diharapkan mampu membawa kesetaraan bagi perempuan dalam institusi publik dan untuk memperluas penciptaan pengetahuan bagi perempuan agar isu-isu tentang perempuan tidak lagi diabaikan.
Bentuk-Bentuk Feminisme
Bentuk-Bentuk Feminisme
Feminisme Radikal
Kaum feminis radikal berasumsi bahwa strukutur masyarakat dilandasi pada hubungan hierarki berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki sebagai suatu kategori sosial mendominasi kaum perempuan sebagai kategori sosial yang lain karena kaum laki-laki diuntungkan dengan adanya subordinasi perempuan. Menurut aliran ini, dominasi laki-laki itu merupakan model konseptual yang bisa menjelaskan berbagai bentuk penindasan yang lain. Kaum feminis radikal terutama menyoroti dua konsep utama, yakni patriarkal dan seksualitas. Bagi kaum radikal, ideologi patriarki mendefinisikan perempuan sebagai kategori sosial yang fungsi khususnya untuk memuaskan dorongan seksual kaum laki-laki serta untuk melahirkan dan mengasuh anak. Patriarki tidak hanya memaksa kaum perempuan menjadi ibu, tetapi juga menentukan pula kondisi keibuan mereka. Ideologi patriarki yang mengobjekkan seksualitas perempuan tampak dalam wujud kekerasan seksual yang muncul sehari-hari dalam gejala perkosaan, pornografi, iklan, dan media massa. Bhasin menjelaskan bahwa feminisme radikal menganggap perbedaan gender bisa dijelaskan melalui perbedaan biologis atau psikologis antara laki-laki dan perempuan.

Menurut aliran ini, kekuasaan laki-laki atas kaum perempuan yang didasarkan pada pemilikan dan kontrol kaum laki-laki atas kapasitas reproduktif perempuan telah menyebabkan penindasan pada perempuan. Hal ini mengakibatkan ketergantungan perempuan secara fisik dan psikologis kepada laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat publik. “The personal is politicalmenjadi gagasan baru yang mampu menjangkau permasalahan perempuan sampai ranah privat, masalah yang dianggap paling tabu untuk diangkat ke permukaan. Akibatnya, informasi atau pandangan buruk banyak ditujukan kepada femisme radikal, padahal karena pengalamannya membongkar persoalan-persoalan privat inilah Indonesia memiliki Undang Undang RI. No 23 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT).

Feminisme Sosialis
Berbeda dengan pandangan kaum feminis liberal dan radikal, kaum feminis sosialis mengaitkan dominasi laki-laki dengan proses kapitalisme. Menurut mereka pengertian yang baik tentang sistem kapitalisme membutuhkan pemahaman tentang bagaimana sistem tersebut membentuk dominasi laki-laki. Suatu pengertian yang baik tentang dominasi laki-laki masa kini membutuhkan pemahaman tentang bagaimana dominasi itu dibentuk oleh proses kapitalisme. Dengan demikian, aliran ini lebih memperhatikan keanekaragaman bentuk patriarki dan pembagian kerja seksual karena kedua hal ini tidak bisa dilepaskan dari modus produksi masyarakat. Menurut Jaggar,  feminisme sosialis merupakan perpaduan antara metode historis materialis Mark dan Engels dengan gagasan “personal is political dari kaum feminis radikal. Aliran ini menganggap konstruksi sosial sebagai sumber ketidakadilan terhadap perempuan. Termasuk di dalamnya adalah stereotip-stereotip yang dilekatkan pada perempuan. Fakih menjelaskan penindasan perempuan menurut feminisme sosialis terjadi di semua kelas, bahkan revolusi sosialis ternyata tidak serta merta menaikkan posisi perempuan. Atas dasar itulah maka feminisme sosialis berusaha memperkaya dan memperluas wilayah kajian dengan bekerja di bidang-bidang yang menurut mereka diabaikan oleh teori Marxis konvensional. Aliran ini kemudian berusaha mengawinkan analisis patriarki dengan analisis kelas.

Dengan demikian, feminisme sosialis berusaha melakukan kritik terhadap eksploitasi kelas dari sistem kapitalisme secara bersamaan dengan kritik ketidakadilan gender yang mengakibatkan dominasi, subordinasi, dan marginalisasi atas kaum perempuan. Fakih menjelaskan bahwa teori yang dikemukakan oleh feminisme sosialis dikenal sebagai teori patriarki kapitalis, yakni teori yang menyamakan dialektika struktur kelas dengan struktur hierarki seksual. Teori ini dikemukakan oleh Zillah Eisenstein. Teori patriarki kapitalis melihat perempuan sebagai sebuah kelas, dan menganggap bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi di semua kelas. Teori patriarki kapitalis menganggap bahwa ketidakadilan terhadap perempuan tidak semata-mata disebabkan oleh perbedaan biologis, tetapi lebih disebabkan oleh penilaian dan anggapan akibat konstruksi sosial terhadap perbedaan tersebut.