Awal Mula Munculnya Istilah Musikalisasi Puisi

Untuk yang belum faham tentang Musikalisasi Puisi, silakan baca Pengertian Musikalisasi Puisi.

Istilah musikalisi puisi banyak terdengar tahun 90-an tatkala sajak–sajak Sapardi Djoko Damono yang terkumpul dalam Hujan Bulan Juni menjadi populer di kalangan mahasiswa dan pencinta sastra. Istilah musikalisasi puisi tidak tunggal. Maksudnya, untuk jenis kesenian ini banyak terdapat pengistilahan. Ada yang mengistilahkan puisi bunyi, tembang puisi, musik puisi, dan lain sebagainya. Apapun istilahnya, maknanya mengacu pada maksud yang sama.


Musikalisasi puisi baru menemukan momentum pertumbuhannya yang cukup subur tahun 90–an. Pada tahun ini, berbagai kelompok/grup musikalisasi puisi tumbuh di berbagai kota di Indonesia. Di Jawa Barat, misalnya, grup musikalisasi puisi tumbuh dalam komunitas komunitas sastra, teater dan kampus. Di wilayah ini, sejak 1990–an muncul grup–grup musikalisasi puisi seperti Teater Bel, Ari KPIN, Partere, Konser Kampung Jati Luhur, Tjepi Budiman, Ferry Curtis, Mukti–mukti, Hajar Aswad, Gradasi Art, Ksidah Nurul Sembako, dan masih banyak lagi. Kelompok–kelompok tersebut sebagian besar tenggelam, sebagian lagi terus berkiprah hingga sekarang. Bahkan, beberapa di antaranya telah mengalbumkan karya-karya musikalisasi puisi dalam bentuk CD, kaset, dan menayangkan video klipnya di stasiun televisi.

Di sejumlah kota lainnya, musikalisasi puisi juga berkembang. Di Denpasar Bali misalnya, penyair Tan Lio Ie memusikalisasi puisi–puisi Umbu Landu Paranggi. Di Yogyakarta terdapat kelompok Kyai Kanjeng yang memusikalisasi karya Emha Ainun Najib. Di Solo ada kelompokSounds Of Poems (SOP). Di Jakarta tercatat kelompok Sanggar Matahari, Dua Ibu, dan masih banyak lagi kelompok lainnya yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, termasuk kelompok–kelompok yang tumbuh di berbagai kampus dan sekolah menengah.

No comments for "Awal Mula Munculnya Istilah Musikalisasi Puisi"